Senin, 05 Juni 2023

Titik Terendah

Apa kalian tau? Mengapa "titik" selalu dipasangkan dengan kata "terendah"?

Karna, titik itu mengakhiri segalanya. Iya, titik selalu ada di akhir setiap kalimat bukan?

Sedangkan "rendah" adalah tidak tinggi, tapi terkadang artinya menjadi hina.

Kalau manusia punya "batas" untuk melakukan sesuatu dan perasaan, pernahkah kalian ada dititik terendah? Dimana, rasa lelah sudah ditahap paling bawah dan kata yang seharusnya diungkapkan sudah mencapai titik.

Pernah berpikir untuk mengakhiri, iya mengakhiri cerita. Dengan menghilang? tapi aku tidak bisa, hanya memiliki seutas tali, apa cukup?

Tapi terkadang, sebelum aku pergi, aku ingin sekali meninggalkan hal baik bukan hanya untuk orang-orang yang telah menyambutku dengan baik, tapi juga untuk orang-orang yang sudah memberiku sakit agar mereka tahu bahwa sejauh ini aku kuat, kuat sekali hingga akhirnya aku bisa memutuskan untuk tidak lagi kuat.

Minggu, 16 Agustus 2020

Menuntut dan Dituntut

 Teruntuk kamu yang selalu kutuntut,

Maaf jika aku salah menginginkan kamu menjadi lebih baik.

Teruntuk kamu yang dituntut,

Akupun lelah jika kamu terus merasa kurang padahal bukan maksudku untuk membuatmu menjadi sempurna.

Teruntuk kamu yang selalu menuntut,

Aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik selama itu buatmu bahagia.


Mungkin kamu merasa aku yang selalu menutut,

Iya aku selalu ingin kamu belajar menjadi diri sendiri, tapi bukan berarti aku menginginkan kamu mengubah menjadi oranglain,

Namun, aku ingin kamu belajar dari orang lain.

Hidup itu bisa berubah selama kita berjuang untuk menjadi lebih baik.

Yang kaya tidak selamanya berasal dari keluarga kaya,

Yang pintarpun belajar bersama orang bodoh.


Kamu memang tidak menutut aku harus menjadi sempurna,

Tapi setiap kata mu, membuatku selalu ingin menjadi yang kamu katakan.

Aku selalu ingin menjadi wanita yang kau kagumi, kau sayangi dan kau sukai.


Aku tidak punya fisik yang sempurna, aku pernah sakit, masa laluku tidak baik..

Tapi aku berusaha untuk memiliki fisik yang sempurna, aku berusaha sehat dan masih bermimpi masa depan yang baik di hari depan.


Kamupun demikian, memiliki cerita yang tidak baik sama sepertiku,

Membuat kita bersama,

Hingga akhirnya tuntutan memang mengakhiri kita,

Mungkin aku terlalu mencintai manusia, hingga Tuhan cemburu dan memberi luka.


Tapi kamu harus tau,


Aku tidak berhenti mencintaimu tapi,aku hanya berhenti menunjukkannya.



Sabtu, 20 Juni 2020

Sebuah Ambivalen

Ketika manusia makhluk yang spesial, diciptakan memiliki jiwa dan raga, namun Tuhan tak berhenti disitu, Ia menciptakan manusia begitu lengkap, dibaluti oleh perasaan.

Tuhan mencabangkan lagi sebuah perasaan, yaitu harsa dan sendu.

Ketika takdir mendorong untuk menciptakan rasa yang harsa diantara kedua manusia, yang ganda akan menjadi tunggal.

Namun si rasa itu anitya, Ia akan selalu beralih.

Misal sang mega didalamnya terdapat bagaskara, cantik nan pedar. Seketika redum dan hujan yang rinai menyisihkan eloknya sang bagaskara.

Hati pun demikian, melahirkan sebuah ambivalen.. yaitu antipati dan afeksi.

Mereka selalu berlomba-lomba menjadi yang utama.

Ketika hidup selalu kontradiktif, hitam dan putih, terang dan gelap, maju dan mundur, kiri dan kanan, dan masih banyak lagi..

Haruskah dalam sebuah hati ada kontradiktif? Bukankah rasa itu harus dilingkupi oleh banyak dama yang baka?

Mengapa justru terbit sebuah pedar yang sangat dalam hingga harus melukiskan retisalya yang menjadi sebuah cerita dimasa yang akan datang?

Apa Tuhan membiarkan sebuah ambivalen ini tumbuh dan berakar dalam sebuah hati dan rasa agar menjadikan kesempurnaan?

Aku sayang, tapi aku benci..

Aku benci, tapi aku sayang..


Sebenci apapun, akan kalah dengan rasa sayang,

Sesayang apapun, akan kalah dengan rasa benci.

Hanya durasi, yang bisa menjawab.

Ketika durasi telah berhenti, mungkin kita akan tahu siapa yang akan jadi juaranya. 

Rabu, 08 April 2020

Selagi Masih Ada

Setiap orang memiliki waktu, 
Entah waktu untuk diri sendiri, ataupun waktu untuk berbagi dengan yang lain. 
Pernah, rasanya memiliki waktu yang selalu ingin digunakan sendiri karna merasa untuk apa berbagi waktu dengan orang lain? Toh, orang lainpun tidak pernah berbagi waktu dengan aku.. 
Atau.. 
Untuk apa berbagi waktu dengan yang lain? Waktu ku lebih berharga untuk masa depanku, aku bisa mencapai hal-hal yang belum aku gapai dengan waktuku. 
Tapi, pernahkan kamu berpikir? 
Bahwa ada waktu yang paling berharga. 
Iya, waktu bersama orang yang kamu sayangi. 
Misal, hanya sekedar berbagi cerita, dan kita menjadi seorang pendengar. 
Karna seseorang tidak selalu mempunyai "orang" yang nyaman untuk berbagi cerita dan mungkin kitalah yang dinyamani oleh mereka.
Atau misal, hanya sekedar menghibur dikala seseorang sedang sedih dengan melontarkan gurauan.
Karna belum tentu seseorang yang "haha hihi" terlihat bahagia itu memiliki kebahagian yang nyata dikehidupannya.
Dan misal, berbagi waktu dengan hal-hal kecil misal video call, telepon, bermain game bersama, chat yang mungkin tidak terlalu intens. 
Karna berbagi itu tidak hanya berupa materi, waktupun dapat kita beri untuk orang yang "membutuhkan" kita. 
Karna, hal-hal kecil yang mungkin kita rasa biasa saja, bisa menjadi bermakna untuk oranglain. 
Jika aku jadi kamu, bukan "selagi aku memiliki waktu aku akan mempergunakannya untuk kepentingan diriku" tapi "selagi aku memiliki waktu aku akan mempergunakannya untuk orang-orang yang aku sayangi".
Karna waktu itu ibarat sebuah jam, yang tidak mungkin berjalan mundur kecuali telah mati (dan kita mengenangnya).
Kita tidak pernah tahu, apakah waktu kedepan akan bisa bersama dengan orang yang kita sayangi? 
Atau kedepannya kita bisa membuat cerita dengan orang yang kita sayangi? 
Apa yang akan kita lakukan? 
Menyesal? 
Atau..
Ingin mengulang waktu yang tidak akan pernah terulang? 

Selasa, 31 Maret 2020

Posesif, haruskah?

Dalam sebuah hubungan, selalu ada "permasalahan" yang mungkin tidak besar, tapi selalu dibesar-besarkan.
Dalam sebuah hubungan, selalu ada "pertengkaran" yang mungkin sepele, tapi selalu mendramatisi.
Dalam sebuah hubungan, selalu ada "perkataan" yang mungkin sederhana, tapi selalu membuat suasana menjadi rumit.
Posesif, haruskah?
Iya, posesif selalu dapat menimbulkan permasalahan, pertengkaran dan perkataan yang tidak besar, sepele dan sederhana menjadi sangatlah besar, dramatis dan juga rumit.
Posesif adalah sebuah sifat yang membuat seseorang merasa menjadi pemilik, maka dari itu 8/10 nya yang "posesif" selalu merasa bahwa pasangannya adalah miliknya, dimana melakukan segala cara agar tidak kehilangan pasangannya.
Namun, sehatkah apabila posesif sudah tidak wajar?
Karna sering sekali dapat tidak menghargai pasangan dengan mengeluarkan kata-kata kasar atau membuat mereka merasa "sakit", selalu cemburu berlebihan hingga mengecek hpnya setiap saat, selalu mengancam akan "meninggalkan", selalu mengontrol dengan harus mengirimkan foto setiap saat tidak bersamanya, memiliki emosi yang berlebihan saat tidak memberi kabar (negative thinking)..
Bukankah hal itu semua dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman?
Bukankah setiap manusia makhluk sosial? Dimana ia akan saling berhubungan dengan orang lain.
Apakah ini sebuah keegoisan?
Atau malah terlalu takut kehilangan?
Terkadang seringkali berpikir, apakah posesif ini sebuah "penyakit" bagi setiap orang yang sedang jatuh cinta?
Lalu harus bagaimana?
Bolehkah posesif? Atau hanya mengira-ngira apa yang sedang ia lakukan tanpa bertanya?
Tapi, jika seperti itu bukankah lebih banyak menumbuhkan rasa penasaran dan tertanamnya pikiran negatif?
Dan..
Jika hal itu terjadi, bukankah sakit rasanya memendam semua rasa takut, rasa penasaran, rasa tidak percaya sendiri?


Sabtu, 30 November 2019

Smile Outside Dying Inside

Every humans are good at hiding feelings and good at lying.

Smiling even though it's actually just pretending.

Laughing despite the fragile heart.

Said "I'm cured", even though still sick.

And "I can do that", even though in deep heart can't do that and can't stand it.

Feel happy, even though she was very sorrow.

Vent anger, in the heart is very sad.


And many more..



Many people who want to listen to complaints about the lives of others, but they only hear, can't feel.

I also feel, other people's lives have been much harder, I do not want to add to their burden.

Let me keep smiling outside and dying inside.

Who knows?


Life is like a book

Life is like a book, to reach the ending, you have to go through the previous pages.

Each new page, tells a story of sadness, pleasure or anger..

But, can we skip the chapter that we don't want to read?

Don't we never know what the whole book means?

I always hope that every page in my life is beautiful,

but it turns out that all-beautiful life does not exist.

There are only two possibilities in a book,

First is a happy ending story and the second is a sad ending story.

Like the story of Cinderella, in the pages before she gets a happy ending is through various difficulties and pain..

If we don't read the painful page, maybe we won't feel the fantasy of the story.


How about life? isn't life's journey not like a fairy tale?